AMTSAL AL-QUR’AN

AMTSAL AL-QUR’AN
( PERUMPAMAAN DALAM AL-QUR’AN )

Pendahuluan

              Al Qur’an merupakan firman Allah SWT (kalamullah) yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW  melalui ruhul Amin, malaikat Jibril untuk dijadikan pedoman hidup (way of life) bagi makhluknya di setiap ruang dan waktu. Al Qur’an juga  berfungsi sebagai Hudan li al Nas yang akan mengantarkan dan mengarahkan manusia ke jalan yang lurus.[1]
              Namun, ajaran yang terkandung dalam al Qur’an tidaklah dapat  serta merta bisa dipahami secara jelas. Hal ini disebabkan oleh factor al Quran itu sendiri maupun factor luar al Qur’an, seperti ke-mujmal-an al Qur’an yang menyebabkan banyak ayat yang mutasyabihat, lafadz musytarak (lafadz yang memiliki makna ganda), gharabah al lafdzi (lafadz yang masing asing), al hadf (penggabungan lafadz), ikhtilaf marji’ al dhamir (adanya perbedaan tempat kembalinya kata ganti), al taqdim wa al ta’khir ( lafadz yang di dahulukan dan yang di akhirkan ), maupun kekeliruan penafsiran al Qur’an.[2]
              Dengan demikian, dalam memahami al Qur’an sangatlah dibutuhkan ilmu tersendiri, yang dikenal dengan ulumul Qur’an. Dimana dalam ilmu ini salah satu disiplinnya adalah ilmu amtsalul Qur’an. Dari sinilah, dalam makalah ini penulis bermaksud mengeksplor amtsal al Qur’an  untuk lebih memperdalam upaya pemahaman al Qur’an.

Amtsal al Qur’an ; sebuah Pengantar
              Dalam mengimplementasikan fungsi hudan li al nas, Al-Qur’an mengandung pokok-pokok ajaran yang bermanfaat dan dibutuhkan  manusia yanga mencakup metode pengajaran dan penyampaian kedalam hati manusia secara mudah dan jelas. Di antara bentuk pengajarannya adalah dengan menerangkan berbagai perumpamaan. Perumpamaan itu digunakan oleh Allah swt, pada perkara yang sangat penting, seperti tauhid dan orang-orang yang konsisten dengannya, masalah syirik dan para pelakunya, dan berbagai perbuatan mulia dimata masyarakat umum.
              Bila kita kaji secara seksama amtsal/perumpamaan al-Qur’an yang mengandung penyerupaan ( tasybih ) sesuatu dengan hal serupa lainnya dan penyamaan antara keduanya dalam hukum, maka amtsal tersebut mencapai jumlah lebih dari 40 buah. Sebagaimana Allah swt. telah mengemukakan dalam kitabnya bahwa  Ia telah membuat sejumlah amtsal :
         Surat al-Hasyr ayat 21 :
وتلك الامثال نضربها للناس لعلهم يتفكرون { الحشر 21}
Artinya : “        Dan perumpamaan itu dibuatnya untuk manusia supaya mereka berfikir” 

Surat al-Ankabut ayat 43 :

وتلك الامثال نضربها للناس وما يعلقها الا العالمون { العنكبوت }

Artinya : “Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk mansia dan tidak ada yang memahami kecuali orang-orang yang berilmu”.[3]

              Oleh karena itu, tamtsil (membuat permisalan, perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup dan mantap dalam pikiran, dengan cara menyerupakan sesuatu yang gaib dengan yang nyata, yang abstrak dengan yang konkrit, dan dengan menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa. Betapa banyak makna yang baik, dijadikan lebih indah, menarik, dan mempesona oleh tamtsil. Dengan demikian tamtsil adalah salah satu uslub al-Qur’an dalam mengungkapkan  berbagai penjelasan dan segi-segi kemukjizatanya.
            Secara etimologi,  الامثال   adalah bentuk jamak dari  مثل  ,  kata المثَل    ,   المثل     dan  المثيل  adalah sama dengan           الشبه,      الشبه   dan    الشيبه  baik lafadh maupun maknanya, yang artinya adalah perumpamaan.[4]
              Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat yang mendefinisikan amtsal yaitu :
1.    Menurut ulama ahli adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan sesuatu yang dituju, maksudnya merupakan sesuatu (seseorang, keadaan) dengan apa yang terkandung dengan perkataan itu. Contoh :                                        

رب رمية من غير رام

     “Betapa banyak lemparan panah yag mengena tanpa sengaja”.
2.    Menurut istilah ulama ahli bayan, amtsal adalah ungkapan majaz yang disamakan dengan asalnya karena اخرى adanya persamaan, yang dalam ilmu balaghoh disebut tasybih. Contoh : 
مالى راك تقدم رجلا وتؤخر
“Mengapa aku lihat engkau melangkahkan satu kaki dan mengundurkan kaki yang lain”.

3.    Menurut ulama ahli tafsir, amtsal adalah menampakan pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik yang mengena dalam jiwa, baik dengan bentuk tasybih maupun majaz mursal.[5]
              Amtsal al-Qur’an tidak dapat diartikan dengan arti etimologi, al-syabih dan al-nadhir, juga tidak dapat diartikan dengan pengertian yang lain seperti kitab-kitab kebahasaan yang dipakai oleh para pennggubah matsal-matsal, sebab amtsal al-Qur’an bukanlah perkataan-perkataan yang dipergunakan untuk menyerupakan sesuatu dengan isi perkataan itu. Juga tidak tepat diartikan dengan arti matsal menurut ulama bayan, karena diantara amtsal al-Qur’an ada yang bukan isti’arah dan pengggunaannya pun tidak begitu populer.
                   ِAdapun Ibnu al-Qoyyim mendefinisikan amtsal al-Qur’an, sebagai yaitu :menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya,dan mendekatkan sesuatu  yang abstrak (ma’qul) dengan sesuatu hal yang inderawi (mahsus), atau mendekatkan dari dua mahsus dengan yang lain dan menganggap salah satunya itu sebagai yang lain. Ia mengemukakan contoh sebagai berikut :

         a.  Sebagaian besar berupa penggunaan tasybih sharih, seperti firman Allah swt. dalam surat Yunus ayat 24 :
انما مثل الحيوة الدنيا كماء انزلنه من الشماء
Artinya : “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunai itu adalah sepereti air (hujan) yang kami turunkan dari langit”.

         b. Sebagian lagi berupa tasybih dhimni (penyerupaan secara tidak langsung, tidak tegas) seperti pada surat al-Hujurat,  ayat 12 :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZŽÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# žcÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( Ÿwur (#qÝ¡¡¡pgrB Ÿwur =tGøótƒ Nä3àÒ÷è­/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& Ÿ@à2ù'tƒ zNóss9 ÏmŠÅzr& $\GøŠtB çnqßJçF÷d̍s3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§ ÇÊËÈ

Artinya : “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah kamu sebagian salah seorang dari kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ?, maka kamu tentunya merasa jijik kepadanya”.

              Dikatakan dhimni karena dalam ayat ini tidak terdapat tasybih sharih.[6] Karena Allah mengungkapkan ayat-ayat itu secara langsung, tanpa sumber yang mendahuluinya maka ayat-ayat yang berisi penggambaran keadaan sesuatu hal dengan keadaan hal lain, maka penggambaran itu dengan cara isti’aroh maupun tasybih sharih (penyerupaan yang jelas) ayat-ayat yang menunjukan makna yang menarik dengan redaksi ringkas dan padat.

Amtsal (perumpamaan) dalam al-Qur’an ada tiga macam,[7]  yaitu  :
1.  Amtsal mushorrohah,
Yaitu amtsal yang penjelasannya menggunakan lafadh mitsl (          ) atau sesuatu yang menunjukan tasybih. Amtsal ini banyak ditemukan dalam al-Qur’an seperti :
a.    Firman Allah swt. mengenai orang-orang munafiq yaitu :
Nßgè=sVtB È@sVyJx. Ï%©!$# ys%öqtGó$# #Y$tR !$£Jn=sù ôNuä!$|Êr& $tB ¼ã&s!öqym |=ydsŒ ª!$# öNÏdÍqãZÎ/ öNßgx.ts?ur Îû ;M»yJè=àß žw tbrçŽÅÇö6ムÇÊÐÈ BL༠íNõ3ç/ ÒôJãã öNßgsù Ÿw tbqãèÅ_ötƒ ÇÊÑÈ ÷rr& 5=ÍhŠ|Áx. z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# ÏmŠÏù ×M»uKè=àß Óôãuur ×-öt/ur tbqè=yèøgs ÷LàiyèÎ6»|¹r& þÎû NÍkÍX#sŒ#uä z`ÏiB È,Ïãºuq¢Á9$# uxtn ÏNöqyJø9$# 4 ª!$#ur 8ÝŠÏtèC tûï̍Ïÿ»s3ø9$$Î/ ÇÊÒÈ ßŠ%s3tƒ ä-÷Žy9ø9$# ß#sÜøƒs öNèdt»|Áö/r& ( !$yJ¯=ä. uä!$|Êr& Nßgs9 (#öqt±¨B ÏmŠÏù !#sŒÎ)ur zNn=øßr& öNÍköŽn=tæ (#qãB$s% 4 öqs9ur uä!$x© ª!$# |=yds%s! öNÎgÏèôJ|¡Î/ öNÏd̍»|Áö/r&ur 4 žcÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇËÉÈ

Artinya : “perumpamaan (matsal) mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah swt. menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, dan tidak dapat melihat. Mereka tuli dan buta, tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar) atau seperti (oang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat... ... –sampai dengan- sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu (al-Baqarah ayat 17-20).

     Dalam ayat ini Allah membuat dua perumpamaan (matsal) bagi orang munafiq, matsal yang berkenaan dengan api, karena di dalam api terdapat unsur cahaya,  dan matsal yang berkenaan dengan air atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, karena di dalam air terdapat unsur kehidupan. Dan wahyu yang turun dari langitpun bermaksud untuk menerangi hati dan kehidupannya. Allah swt. menyebutkan juga keadaan dan fasilitas orang-orang munafiq dalam dua keadaan.

     Disatu sisi mereka bagaikan orang-orang yang menyalakan api untuk penerangan dan kemanfaatan mengingat mereka memperoleh kemanfaatan materi dengan sebab masuk Islam. Namun disisi lain Islam tidak memberikan pengaruh “nur-Nya” terhadap hati mereka. Karena Allah swt menghilangkan cahaya (yang menyinari mereka) dan membiarkan unsur membakar yang ada padanya. Inilah perumpamaan mereka yang berkenaan dengan api. Mengenai matsal mereka yang berkenaan dengan air , Allah swt. menyerupakan mereka dengan keadaan orang yang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita, guruh dan kilat, sehingga terkoyaklah kekuatan orang itu dan ia meletakan jarinya untuk menutup telinga dan memejamkan mata karena takut petir menimpanya. Inilah mengingat bahwa al-Qur’an dengan segala peringatan, larangan. Dan kitabnya mereka tidak ubahnya dengan petir yang sambar-menyambar.
b.   Allah menyebutkan pula dua macam matsal, al-ma’ dan al-nar dalam surat al-Rad ayat 17 bagi yang haq dan batil,[8] yaitu :
AtRr& šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ôMs9$|¡sù 8ptƒÏŠ÷rr& $ydÍys)Î/ Ÿ@yJtGôm$$sù ã@ø¡¡9$# #Yt/y $\ŠÎ/#§ 4 $£JÏBur tbrßÏ%qムÏmøn=tã Îû Í$¨Z9$# uä!$tóÏGö/$# >puù=Ïm ÷rr& 8ì»tFtB Ót/y ¼ã&é#÷WÏiB 4 y7Ï9ºxx. Ü>ÎŽôØo ª!$# ¨,ysø9$# Ÿ@ÏÜ»t7ø9$#ur 4 $¨Br'sù ßt/¨9$# Ü=ydõuŠsù [ä!$xÿã_ ( $¨Br&ur $tB ßìxÿZtƒ }¨$¨Z9$# ß]ä3ôJusù Îû ÇÚöF{$# 4 y7Ï9ºxx. Ü>ÎŽôØo ª!$# tA$sWøBF{$# ÇÊÐÈ

Artinya : “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air dilembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dari dalam api untuk  membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah swt. membuat perumpamaan(mitsal) bagi yang haq dan batil. Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidaak ada harganya. Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah swt. membuat perumpamaan tersebut”.


2.  Amtsal kaminah,
yaitu amtsal yang didalamnya tidak disebutkan kata tamsil, tetapi menunjukan makna yang tercakup dan rungkas, contohnya :
a.  Ayat-ayat yang senada dengan perkataan,   (sebaik-baik urusan adalah pertengahannya). Yaitu seperti dalam firman Allah, diantaranya adalah sebagai berikut :
1)   Surat al-Baqarah ayatb68 tentang sapi betina.
qä9$s% äí÷Š$# $uZs9 y7­/u ûÎiüt7ム$uZ©9 $tB }Ïd 4 tA$s% ¼çm¯RÎ) ãAqà)tƒ $pk¨XÎ) ×ots)t/ žw ÖÚÍ$sù Ÿwur íõ3Î/ 8b#uqtã šú÷üt/ y7Ï9ºsŒ ( (#qè=yèøù$$sù $tB šcrãtB÷sè? ÇÏÑÈ

Artinya :”Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu “.

2)   Surat al-Furqan ayat 67 tentang nafkah.
tûïÏ%©!$#ur !#sŒÎ) (#qà)xÿRr& öNs9 (#qèù̍ó¡ç öNs9ur (#rçŽäIø)tƒ tb%Ÿ2ur šú÷üt/ šÏ9ºsŒ $YB#uqs% ÇÏÐÈ

Artinya : “Dan mereka yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak lebih-lebihan dan tidak pula kikir dan pembelanjaan itu ditengah-tengah antara yang demikian itu”.

b.  Ayat-ayat yang senada dengan perkataan.
Seperti : (khabar itu tidak sama dengan menyaksikan sendiri ), misal firman Allah swt. tentang Ibrahim dalam surat al-Baqarah ayat 260.

øŒÎ)ur tA$s% ÞO¿Ïdºtö/Î) Éb>u ÏRÍr& y#øŸ2 Çósè? 4tAöqyJø9$# ( tA$s% öNs9urr& `ÏB÷sè? ( tA$s% 4n?t/ `Å3»s9ur £`ͳyJôÜuŠÏj9 ÓÉ<ù=s% ( ...

Artinya : ”Allah berfirman, apakah kamu belum percaya ?Ibrahim menjawab ; saya telah percaya, akan tetapi agar bertambah teguh hati saya.

c.    Ayat yang senada dengan perkataan                                    
     (sebagaiman kamu menghutangkan, maka kamu akan dibayar), seperti firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 123.
3 `tB ö@yJ÷ètƒ #[äþqß tøgä ¾ÏmÎ/ Ÿwur ôÅgs ¼çms9 ...
Artinya :  “Barang siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.


  1. Amtsal Mursalah
Yaitu, kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadh tasybih secara jelas.   Tetapi kalimat-kalimat itu berlaku secara matsal, seperti firman Allah swt. yaitu ;
a.  Surat Yusuf ayat 51.
tA$s% $tB £`ä3ç7ôÜyz øŒÎ) ¨ûòŠurºu y#ßqム`tã ¾ÏmÅ¡øÿ¯R 4 šÆù=è% |·»ym ¬! $tB $uZôJÎ=tæ Ïmøn=tã `ÏB &äþqß 4 ÏMs9$s% ßNr&tøB$# ̓Íyèø9$# z`»t«ø9$# }ÈysóÁym ,ysø9$# O$tRr& ¼çm?Šurºu `tã ¾ÏmÅ¡øÿ¯R ¼çm¯RÎ)ur z`ÏJs9 šúüÏ%Ï»¢Á9$# ÇÎÊÈ

             Artinya : “Sekarang ini jelaslah kebenaran itu “.
b.  Surat al-Najm ayat 58
}§øŠs9 $ygs9 `ÏB Èbrߊ «!$# îpxÿÏ©%x. ÇÎÑÈ
Artinya : “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain dari Allah”.                             
c.  Surat Yusuf ayat  41.
ÄÓt<Ås9|Á»tƒ Ç`ôfÅb¡9$# !$¨Br& $yJä.ßtnr& Å+ó¡uŠsù ¼çm­/u #\ôJyz ( $¨Br&ur ãyzFy$# Ü=n=óÁãŠsù ã@à2ù'tFsù çŽö©Ü9$# `ÏB ¾ÏmÅù&§ 4 zÓÅÓè% ãøBF{$# Ï%©!$# ÏmŠÏù Èb$uÏGøÿtGó¡n@ ÇÍÊÈ
Artinya : “ Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya kepadaku”.[9]

              Ungkapan-ungkapan dalam bentuk amtsal dalam al-qur’an mempunyai beberapa faidah diantaranya :
1.             Pengungkapan pengertian yang abstrak dengan bentuk yang konkrit yang dapat ditangkap dengan indera manusia, misal dalam firman Allah swt. dalam surat al-Baqarah ayat 264 ;
         ( ¼ã&é#sVyJsù È@sVyJx. Ab#uqøÿ|¹ Ïmøn=tã Ò>#tè? ¼çmt/$|¹r'sù ×@Î/#ur ¼çmŸ2uŽtIsù #V$ù#|¹ ( žw šcrâÏø)tƒ 4n?tã &äóÓx« $£JÏiB (#qç7|¡Ÿ2 3         ….

Artinya : “Maka perumpamaan itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpakan hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih atau tidak bertanah, mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan”.

2.             2.Dapat mengungkapan kenyataan dan mengkonkritkan hal yang abstrak, seperti dalam firman Allah swt. dalam surat al-Baqarah ayat  .šúïÏ%©!$# tbqè=à2ù'tƒ (#4qt/Ìh9$# Ÿw tbqãBqà)tƒ žwÎ) $yJx. ãPqà)tƒ Ï%©!$# çmäܬ6ytFtƒ ß`»sÜø¤±9$# z`ÏB Äb§yJø9$# 4 ....(
Artinya : “Meraka yang memakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syetan lantaran (tekanan) penyakit gila”.

3.             Dapat mengungkapkan makna yang menarik lagi indah dalam ungkapan yang singkat dan padat. Seperti pada amtsal kaminah dan amtsal mursalah dalam ayat-ayat diatas.
4.             4. Dapat mendorong giat beramal, melakukan hal-hal yang menarik dalam al-Qur’an, seperti firman Allah swt. pada surat al-Baqarah ayat 261
5.             ;ã@sW¨B tûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZムóOßgs9ºuqøBr& Îû È@Î6y «!$# È@sVyJx. >p¬6ym ôMtFu;/Rr& yìö7y Ÿ@Î/$uZy Îû Èe@ä. 7's#ç7/Yß èps($ÏiB 7p¬6ym 3 ª!$#ur ß#Ï軟Òム`yJÏ9 âä!$t±o 3 ª!$#ur ììźur íOŠÎ=tæ ÇËÏÊÈ
6.              
Artinya : “ Perumpamaan (nafkah yang keluarkan) oleh orang-orang yang menafkahkan harta mereka dijalan Allah swt. adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipatgandakan pahala bagi siapa yang dikehendaki. Dan Allah maha luas karunia-Nya lagi maha mengetahui”.


7.             5. Menghindarkan diri dari perbuatan tercela,
8.             misal firman Allah tentang larangan untuk tidak bergunjing,firman Allah dalam surat Al hujurat ayat 12
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZŽÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# žcÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( Ÿwur (#qÝ¡¡¡pgrB Ÿwur =tGøótƒ Nä3àÒ÷è­/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& Ÿ@à2ù'tƒ zNóss9 ÏmŠÅzr& $\GøŠtB çnqßJçF÷d̍s3sù 4
Artinya : “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? maka tentunya kamu merasa jijik”.

Analisa        
              Setelah mengetahui seluk beluk amtsal Al-Qur’an dari aspek pengertian, jenis-jenis, pembagian serta faedahnya, penulis dapat menemukan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan amtsal Al-Qur’an. Secara alamiyah bisa kita pahami bahwa missi Islam dimuka bumi ini adalah menjaga harkat, martabat serta jiwa manusia. Manusia bermacam-macam bentuk dan karakternya, ada yang kuat ada yang lemah, ada yang suka kebaikan dan juga keburukan, pendendam dan lain sebagainya. Pendek kata manusia itu bermacam-macam. Semua bentuk karakter manusia oleh Al-Qur’an telah disebutkan di dalamnya.
              Manusia yang beriman yang telah sampai kepadanya ajaran-ajaran Tuhan tetap berpegang teguh pada aqidahnya serta beriman kepada-Nya, juga meyakininya dengan berketetapan hati untuk memahami ayat-ayat Tuhan. Sikap dan jiwa manusia yang demikian itu telah dididik oleh Al-Quir’an secara khusus untuk mencapai sebuah kebahagiaan hidup baik didunia maupun di akherat kelak yang jauh dari kegelapan dan kesesatan.
              Dari sinilah penulis dapat mengatakan bahwa amtsal Al-Qur’an adalah merupakan salah satu dari bentuk hidayah  yang bersifat ilahiyah yang menuntun manusia menuju jalan kebaikan, atau dapat mencegah manusia dari perbuatan dosa untuk menuju sebuah kemuliaan, atau juga mencegah dari kekurangan-kekurangan yang secara alamiyah dimiliki oleh manusia.
              Demikian juga amtsal al-Qur’an dalam memberikan bimbingan manusia lebih menitik beratkan kepada dua hal (keadaan) yang saling berlawanan dari pesan yang disampaikan, misalnya perumpamaan iman dan kufur, orang-orang yang mendustakan agama (al-mukazdzdibun) dan orang-orang yang membenarkan agama (al-mushaddiqun), air dan api, yang haq dan yang batil, yang buruk (al-khabits) dan yang baik (al-Thayyib), mukmin dan kafir dan lain sebagainya.  
Di dalam matsal seperti halnya dalam tasybih, penulis dapat menggaris bawahi adanya beberapa unsur yang harus terkumpul sebagai berikut ;
1.             Harus ada yang diserupakan (al-musyabbah ), yaitu sesuatu yang akan dicerirtakan.
2.             Harus ada asal cerita (al-musyabbah bih ), yaitu sesuatu yang dijadikan tempat menyamakan.
3.             Harus ada segi persamaannya (wajhul musyabbah), yaitu arah persamaan antara kedua hal yang disamakan tersebut.
              Jika penulis perhatikan beberapa amtsal al-Qur’an yang disebutkan oleh para pengarang ulumul Qur’an, ternyata merangkum ayat-ayat al-Qur’an yang mempersamakan keadaan sesuatu dengan sesuatu yang lain, baik yang berbentuk isti’arah, tasybih, ataupun yang berbentuk majaz  mursal, yang tidak ada kaitannya dengan asal cerita. Jadi, beberapa amtsal di dalam al-Qur’an, tidak selalu ada asal ceritanya  (musyabbah bih) nya, tidak seperti apa yang terdapat di dalam al-Qur’an, tidak selalu ada asal ceritanya (muyabbah bih) nya, tidak seperti apa yang terdapat pada amtsal dari para ahli bahasa, para ahli bayan dan sebagainya.
              Para ahli bahasa Arab mensyaratkan sahnya amtsal harus memenuhi empat syarat, sebagai berikut :
a.  Bentuk kalimatnya harus ringkas
b.  Isi maknanya harus mengena dengan tepat
c.  Perumpamaannya harus baik.
d.  Kinayahnya harus indah.

Kesimpulan
              Dari uraian tersebut di atas, mengenai amtsal al-Qur’an dapat ditarik kesimpulan bahwa itu, tamtsil (membuat parmisalan, perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup dan mantap dalam pikiran, dengan cara menyerupakan sesuatu yang gaib dengan yang nyata, yang abstrak dengan yang konkrit, dan dengan menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa. Betapa banyak makna yang baik, dijadikan lebih indah, menarik, dan mempesona oleh tamsil. Karena itulah maka tamsil lebih dapat mendorong  jiwa untuk menerima makna yang dimaksudkan dan membuat akal merasa puas dengannya. Dan tamsil adalah salah satu uslub al-Qur’an dalam mengungkapkan berbagai penjelasan dan segi-segi kemukjizatan.
              Disamping itu tamtsil/amtsal al-Qur’an banyak mengandung pelajaran dan hikmah yang dapat kita petik sebagai bahan perenungan dalam menghayati arti hidup menuju kebahagiaan dunia dan akherat. Tentang difinisi amtsal al-Qur’an, para ulama berbeda pendapat dalam memberikan pengertian serta membaginya dalam tiga macam seperti yang telah dipaparkan di atas.





DAFTAR  PUSTAKA

Manna Khalil al-Qaththan, terj. Drs.Mudzakir, MA.  Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Lentera Antar Nusa, Jakarta, 2000
Syadzali Ahmad, MA-Rofi’i Ahmad, Ulumul Qur’an I, Cv. Pustaka Setia, Bandung, 1997.
Manna’ al-Qaththan, Mabahits Fi Ulumil Qur’an, Beirut. Lebanon, 1976.
Prof. Dr. H. Abdul Djalal H A, Ulumul Qur’an, Dunia Ilmu, Surabaya, 1998.
Mahmud Bin Syarif,  Al-Amtsal Fil Qur’an , Dar al-Ma’arif, Makkah, tth.
Dr. Muhammad Alawy al-Hasany, Al-Itqan fi ‘Ulumil Qur’an, Jeddah, Shorco, tth,
Nor Ichwan, Memahami Bahasa al Qur’an, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002, hlm.xi.













AMTSAL   AL-QUR’AN
( Perumpamaan  Dalam  Al-Qur’an )


Dipresentasikan dalam diskusi kelas
Mata kuliah : Studi Qur’an Hadist
Dosen Pengampu  :  Prof.DR.H.Budiharjo






Oleh
Nama    :   Siti Rahayu
                                                 N I M    :   M1.11.019






PROGRAM PASCASARJANA
STAIN SALATIGA
2011





 



[1] Secara jelas termaktub dalam QS. Al Baqarah: 185 dan QS. al Isra’: 9. lihat : Al-Qur’an dan terjemahnya, Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an , Depag. RI, 1989. 
[2] Quraish Shihab dalam buku ‘Membumikan al Qur’an’ menginventarisir sedikitnya ada enam factor yang dapat mengakibatkan kekeliruan dalam menafsirkan al Quran : (1) sunyektifitas mufassir (2) kekeliruan dalam menerapkan metode dan kaidah (3) kedangkalan dalam ilmu alat (4) kedangkalan pengetahuan tentang materi uraian ayat (5) tidak memperhatikan konteks (6) tidak memperhatikan siapa pembicara dan terhadap siapa pembicaraan di tujukan. Lihat selengkapnya dalam DR. Muchoyyar, HS, MA (pengantar) dalam:  Nor Ichwan, Memahami Bahasa al Qur’an, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002, hlm.xi.
[3] Manna khalil Al-Qaththan, terj. Drs. Mudzakir, MA. Studi Ilmu-ilmuQur’an, Lentera Antar Nusa, Jakarta, Cet. V hlm. 400-401
[4] Manna al-Qaththan, Mabahits fi Ulumil Qur’an, Beirut, Libanon, hlm. 282
[5]Drs. H. Ahmad Syadzali, MA. Dan Drs. H. Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an I, Pustaka setia, Bandung,,Cet. I, hlm. 35
[6] Manna al-Qaththan, Op. Cit, hlm. 283.
[7] Dr. Muhammad Alawy al-Hasany, Al-Itqan fi ‘Ulumil Qur’an, Jeddah, Shorco, tth, hlm. 129-132

[8] Mahmud Bin Syarif,  Al-Amtsl Fil Qur’an , Dar al-Ma’arif, Makkah, tth. Hlm. 63-64
[9] Manna al-Qaththan, Ibid, hlm. 284-286

Komentar