PROSES PENGORGANISASIAN DAN ASPEK-ASPEKNYA

PROSES PENGORGANISASIAN
DAN ASPEK-ASPEKNYA


 
Memahami Organisasi
     
          Organisasi mempunyai dua pengertian yang pertama adalah menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional, se­perti organisasi sekolahan, rumah sakit atau suatu perkumpulan olahraga. Pengertian kedua berkenaan dengan proses pengorganisasian.
          Pengorganisasian (organizing) merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya­sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama proses penyusunan struktur organisasi adalah Departementalisasi dan pembagian kerja. Departementalisasi merupakan pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiat­an-kegiatan yang sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Hal ini akan tercermin pada struktur formal suatu organisa­si, dan tampak atau ditunjukkan oleh suatu bagan organisasi. Pemba­gian kerja adalah pemerincian tugas pekerjaan agar setiap individu da­lam organisasi bertanggung jawab untuk dap melaksanakan sekum­pulan kegiatan yang terbatas.

Tujuan Penulisan
          Untuk mengetahui Apa saja konsep pengorganisasian dan Bagaimana proses pengorganisasian, serta Bagaimana dan Apa saja aspek-aspek di dalam organisasi dan proses pengorganisasian.


PEMBAHASAN
A. Proses Pengorganisasian
a. Pengertian organisasi
Kata organisasi berasal dari bahasa Inggris organization, yang bentuk invinitifnya adalah to organise. Kata tersebut berasal dari kata Yunani, organon yang berarti sebagian  atau susunan dalam binatang atau dalam tumbuh-tumbuhan yang dipergunakan untuk melakukan beberapa tugas khusus seperti hati, ginjal, dan sebagainya. Adapun kata organon diartikan juga dengan alat, sedangkan kata to organise diberi arti menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain, yang tiap-tiap bagian mempunyai satu tugas khusus dan atau berhubungan dengan keseluruhan. Pendapat lain mengenai kata organisasi ini adalah kata itu (masih) berasal dari bahasa Yunani, organon dan istilah latin, organum yang berarti alat, bagian, anggota atau badan. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa organisasi merupakan sistem yang terpadu, yang didalamnya terdapat sub sistem dan komponen-komponen yang saling berhubungan. Setiap hubungan memiliki kerjasama diantara sub sistem. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekumpulan orang dapat dikatakan sebagai organisasi jika memenuhi empat unsur pokok, yaitu: [1]
a.                   Organisasi itu merupakan sistem
b.                  Ada pola aktivitas
c.                   Ada sekelompok orang
d.                  Ada tujuan yang telah ditetapkan
b. Pengertian Pengorganisasian
          Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi menajemen yang berkaitan erat dengan perencanaan dan merupakan satu proses yang dinamis, sedangkan organisasi merupakan alat atau wadah yang statis. Pengorganisasian merupakan penentu pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan tugas-tugas, dan membagi-bagikan pekerjaan kepada setiap karyawan, penetapan depertemen-depertemen (sub system) serta penentuan hubungan-hubungan.
Melayu S.P. Hasibuan (2006:118) mendefinisikan pengorganisasian sebagai suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan berbagai macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relative didelegasikan kepada setiap inividu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.M. Manullang mengatakan organisasi sebagai proses penetapan hubungan-hubungan antara unsure-unsur organisasi, sehingga memungkinakn orang-orang dapat bekerja bersama-sama seefektif mungkin untuk pencapaian tujuan.
c. Proses (langkah-langkah) pengorganisasian :
              Adapun beberapa proses (langkah-langkah) pengorganisasian yang dapat dilakukan agar organisasi yang disusun menjadi baik, efektif, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Diantara langkah-langkah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut;
1. Manajer harus mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai, apakah  profit motive, atau service motive.
2. Penentuan kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus mengetahui, merumuskan, dan menspesifikasikan kegiatan-kegiatan yang perlu untuk mencapai tujuan organisasi dan menyusun daftar kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.
3. Pengelompokan kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus mengelompokan kegiatan-kegiatan ke dalam beberapa kelompok atas dasar tujuan yang sama. Kegiatan-kegiatan yang bersamaan dan berkaitan erat disatukan ke dalam satu departemen atau satu bagian.
4. Pendelegasian wewenang, artinya manajer harus menetapkan besarnya wewenang yang akan didelegasikan kepada setiap departemen.
5. Rentang kendali, artinya manajer harus menetapkan jumlah karyawan pada setiap departemen atau bagian.
6. Peranan perorangan, artinya manajer harus menetapkan dengan jelas tugas-tugas setiap individu karyawan, supaya tumpang tindih tugas dihindarkan.
7 Tipe organisasi, artinya manajer harus menetapkan tipe organisasi apa yang akan dipakai, apakah line organization, line and staf organization ataukah function organization.
8. Struktur (organization chart = bagan organisasi), artinya manajer harus menetapkan struktur organisasi yang bagaimana yang akan digunakan. [2]
Selanjutnya Netty Siska Nurhayati mengemukakan empat pilar pengorganisasian (four building blocks or organizing) yaitu:
1.                  pembagian kerja (division of work).
2.                  Pengelompokan Pekerjaan (Departmentalization) .
3.                  Penentuan relasi antar bagian dalam organisasi (hierarchy).
4.         Penentuan mekanisme untuk mengintegrasikan aktifitas antar bagian dalam organisasi atau koordinasi (coordination).[3]
d. Bentuk-Bentuk organisasi
Hemy G. Hodges mengemukakan empat bentuk bagan organi­sasi, yaitu
1.         Bentuk piramid. Bentuk ini yang paling banyak digunakan, ka­rena sederhana, jelas dan mudah dimengerti.
2.                   Bentuk vertikal. Bentuk vertikal agak menyerupai bentuk pi­ramid, yaitu dalam hal pelimpahan kekuasaan dari atas "_ ba­wah, hanya bagan vertikal berwujud tegak sepenuhnya.
3.                  
Bentuk horizontal. digambarkan dariakiri Aliran ke kanan. jsatu Bentuk lingkaran. Bagan ini menekankan pada hubungan antara abatan dengan jabatan lain. Bagan bentuk lingkaran jarang sekali digunakan dalam praktek.[4]







e. Organisasi berdasarkan bentuknya/Tipe-tipe
1.        Organisasi garis (line organization) ialah suatu bentuk organisasi yang memandang dan menerapkan sumber wewenang tunggal. Segala keputusan / kebijaksanaan dan tanggung jawab berada pada satu tangan yaitu berada pada kepala eksekutif(chief executif). Dengan demikian ciri-ciri organisasi ini adalah sebagai berikut :
a.       Organisasi kecil,
b.      Jumlah anggota yang sedikit,
c.       Pemilik merupakan pimpinan organisasi atau pemegang saham utama ,
d.      Asas kesatuan komando yang dominan,
e.       Disiplin ketat,
f.       Sistem pengawasan yang ketat,
g.      Koordinasi antar peegawai yang sangat sederhana dan mudah dilakukan,
a.             Hubungan antaranggota yang sangat dekat dan satu lapis atau searah, bahkan dappat dilakukan antarpribadi secara tatap muka,
h.      Penggunaaan alat-alat yang sederhana,
i.        Produk yang dihasilkan homogen.[5]



2.                  Organisasi staf (staff organization)
       Suatu organisasi yang hanya mempunyai hubungan dengan pucuk pimpinan dan mempunyai fungsi memberikan bantan, baik berupa pikiran maupun bantuan lain demi kelancara tugas pimpinan dalam mencapai tujuan keseluruhan. Bentuk ini mempunyai garis komando ke bawah/ke daerah-daerah.

3.        Organisasi lini dan staf(line and staff) merupakan organisasi yang dibentuk dari penggabungan model garis dan staf dengan mempelajari beberapa kelemahan yang timbul pada kedua organisasi sebelumnya. Ini sebagaimana yang dikatakan oleh Faisal Affif, dkk. “Agar kesatuan perintah dapat dipertahankan serta daya penanganan pimpinan dapat diperluas, H. Emerson telah menyusun stelsel organisasi garis dan staf, yakni suatu organisasi yang dilengkapi dengan staf ahli, yang disusun sebagai fungsionaris staf ”.
       Organisasi ini diterapkan dalam organisasi yang besar yang memiliki jumlah staf yang banyak. Ciri-ciri organisasi ini : [6]
a.           Pimpinan dibantu oleh staf dan ada kesatuan komando serta memiliki garis komando dari tingkat yang paling atas hingga tingkat yang paling bawah atau dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah,
b.          Staf mempunyai wewenang fungsional, memberikan bantuan/advis/petunjuk, baik berupa pikiran, tenaga kerja, prasarana yang sanggup serta mampu mendukung pelaksanaan tuga spokok organisasi. Pimpinan(kepala) mempunyai wewenang komando.



4.                  Organisasi fungsional
       Organisasi ini memiliki konsep yang menempatkan pelaksanaan pekerjaan secara terpisah dan setiap bagian memiliki tanggung jawabnya masing-masing, namun tetap melakukan koordinasi secara continue dengan tujuan agar pelaksanaan pekerjaan dapat terselesaikan secara sempurna. Organisasi fungsional pertama kali diciptakan oleh F.W. Taylor. Ciri terpenting dari organisasi ini adalah pimpinan yang tidak memiliki bawahan yang “jelas”. Setiap atasan dapat melakukan intruksi kepada semua  bawahan sepanjang sesuai wewenang dan tanggung jawabnya dan yang paling penting masih berada dibawah naungan organisasi yang dimaksud. [7]




5.                  Organisasi bentuk panitia(commitee)
       Organisasi yang bersifat sementara dan khusus dibentuk dalam melaksanakan kegiatan tertentu. Akan tetapi adapula organisasi yang selamanya menggunakan bentuk kepanitiaan dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a.    Pimpinan berbentuk kolektif;
b.   Terdiriatas beberapa orang ;
c.    Pengambilan keputusan selalu didasarkan pada musyawarah dan mengutamakan forum;
d.   Kegiatan merupakan tanggung jawab bersama.[8]
f. Sifat-Sifat Organisasi
Dilihat dari sifat-sifatnya organisasi dibagi dua macam, yaitu:
          a. Organisasi formal.
            Organisasi formal adalah organisasi yang dibentuk secara sadar dengan tujuan-tujuan  tertentu yang disadari pula yang diatur dengan ketentuan-ketentuan formal dalam Anggaran Dasar dan Anggaran  Rumah Tangga (ADART). Kegiatan-kegiatan atau  hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya adalah kegiatan (hubungan) jabatan sebagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan tertulis.
          b. Organisasi informal
            Organisasi informal adalah organisasi yang terbentuk tanpa disadari sepenuhnya, tujuannya juga tidak jelas, Anggaran Dasar dan Anggaran  Rumah Tangga tidak ada dan hubungan-hubungannya terjalin secara pribadi (personal/private relationship bukan formal relationship).





B. Aspek-Aspek Pengorganisasian
          Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses, akan mem­buat suatu organisasi dapat mencapai tujuannya. Proses ini akan ter­cermin pada struktur organisasi, yang mencakup aspek-aspek penting organisasi dan proses pengorganisasian, yaitu :
a.     pembagian kerja,
b.    departementalisasi (atau sering disebut dengan istilah departemen­tasi),
c.     bagan organisasi formal,
d.    rantai perintah dan kesatuan perintah,
e.     tingkat-tingkat hirarki manajemen,
f.   saluran komu­nikasi,
g.    penggunaan komite,
h.             rentang manajemen dan kelom­pok-kelompok informal yang tak dapat dihindarkan.
a. PEMBAGIAN KERJA (STAFFING)
          Tujuan suatu organisasi adalah untuk mencapai tujuan di mana individu-individu tidak dapat mencapainya sendiri. Kelompok dua atau lebih orang yang bekerja bersama secara kooperatif dan dikoor­dinasikan dapat mencapai basil lebih daripada dilakukan perseorang­an. Konsep ini disebut synergy. Tiang dasar pengorganisisian adalah prinsip pembagian kerja (division of labor) yang memurigkinkan sy­nergy terjadi.
          Sebagai contoh, pembagian kerja dalam team sepak bola : di mana ada manajer tim, kepala pelatih, asisten pelatih, dokter tim, penjaga gawang, dan pemain lainnya. Pembagian kerja ini efektif ka­rena bila hanya omponen kecil dari pekerjaan yang dilaksanakan, kualifikasi personalia yang rendah digunakan, dan latihan jabatan le­bih mudah. Gerakan-gerakan dan perpindahan yang percuma dari komponen pekerjaan yang besar diminimumkan. Lebih dari itu, pem­bagian kerja mengarahkan penanaman pada peralatan dan mesin-me­sin yang efisien untuk meningkatkan produktivitas. Namun demikian, beberapa penulis telah menunjukkan adanya konsekuensi-konsekuensi pada perilaku karyawan sehubungan dengan pembagian kerja, bila hal itu dilaksanakan secara ekstrim. Ini dapat menimbulkan kebosanan, keletihan, monoton dan kehilangan motivasi yang dapat menghasilkan ketidak efisienan dan bukan efi­siensi.[9]
b. DEPARTEMENTALISASI
Departementalisasi sebagaimana telah diterangkan di muka, merupakan proses penentuan bagian-bagian dalam organisasi yang akan bertanggung jawab dalam melaku­kan bermacam jenis pekerjaan yang telah dikategorikan berdasarkan faktor-faktor tertentu. Dalam mendesain organisasi, khususnya dalam proses departementalisasi sebagaimana diuraikan di muka, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan oleh organisasi, yaitu pendekatan berdasarkan fungsional, berdasarkan produk, berdasarkan Pelanggan, berdasarkan geografis, dan berdasarkan matriks.
-     Pendekatan Fungsional
          Penentuan sub-subbagian dari organisasi atau proses departementalisasi yang pertama adalah berdasarkan fungsi (functional departmentalization). Berdasarkan pen­dekatan ini, proses departementalisasi dilakukan berdasarkan fungsi-fungsi tertentu yang mesti dijalankan dalam sebuah organisasi. Dalam sebuah organisasi bisnis misalnya, ada pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan fungsi produksi, ada peketjaan-pekerjaan yang terkait dengan pelanggan atau pasar, sehingga dinamakan dengan fungsi pemasaran, dan lain sebagainya. Pada Gambar 8.6 ditunjukkan contoh sebuah desain organisasi melalui departementalisasi yang dibentuk berdasarkan pendekatan fungsional.[10]


          Seperti yang ditunjukkan oleh garis terputus-putus dalam Gambar di atas, setiap bagian dalam struktur organisasi dibentuk untuk menjalankan berbagai fungsi yang terkait dengan kegiatan bisnis perusahaan PT ABC. Bagian Keuangan, Produksi, Pemasaran, dan SDM memiliki fungsi yang khas dalam setiap pekerjaan bisnisnya. Dan, setiap bagian tersebut secara lebili rinci diturunkan menjadi subbagian promosi dan penjualan (bagian Pemasaran), produksi dan pergudangan (bagian Produksi), serta rekrutmen dan seleksi dan pelatihan dan pengembangan (bagian SDM).
-     Pendekatan Produk
          Pendekatan kedua dalam departementalisasi adalah berdasarkan produk atau product departmentalization. Berdasarkan pendekatan ini, penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan jenis produk yang dibuat oleh organisasi. Sebagai contoh, PT ABC memiliki beberapa jenis produk dari mulai produk susu, sabun mandi, pasta gigi, hingga mi instan, maka di bawah bagian produksi dapat juga dibuat subbagian.[11]



          Bagian-bagian produk susu, sabun mandi, pasta gigi, dan mi instan, seperti ditunjuk­kan dalam Gambar melalui garis putus-putus, merupakan contoh departementalisasi berdasarkan produk. Pada pelaksanaannya, departementalisasi berdasarkan produk ini tidak selalu harus berada di bawah bagian tertentu dalam struktur organisasi tertentu, akan tetapi juga dapat dibuat tersendiri dalam suatu organisasi. Seperti misalnya ditunjukkan dalam Gambar dibawah.

          Pada Gambar diatas tersebut jelas bahwa bagian-bagian fungsional seperti Pemasaran, Produksi, Keuangan, dan SDM tidak selalu harus berada di atas subbagian berdasarkan produk, akan tetapi juga dapat menjadi subbagian dari departemen berdasarkan produk.
-     Pendekatan Pelanggan
          Pendekatan ketiga dalam departementalisasi adalah berdasarkan pelanggan atau customer departmentalization. Berdasarkan pendekatan ini, penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan karakteristik pelanggan yang menjadi sasaran pelanggan dari organisasi. Sebagai contoh, jika produk sabun mandi dari PT ABC di atas ternyata tidak hanya satu, tetapi ada saburi mandi untuk bayi, anak, remaja, dan dewasa, maka bentuk desain organisasi dapat dibuat sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar berikut ini.[12]

-     Pendekatan Geografis (Lokasi)
          Pendekatan keempat dalam departementalisasi adalah berdasarkan faktor geografis. Berdasarkan pendekatan ini, penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan wilayah geografis di mana organisasi beroperasi. Jika PT ABC memiliki daerah penjualan di empat daerah, misalnya Jakarta, Bandung, Makassar,, dan Medan, maka desain organisasi yang dapat dibentuk adalah sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar berikut:[13]

          Berdasarkan Gambar di atas, tampak bahwa wilayah penjualan dari PT ABC mencakup empat daerah sebagaimana disebutkan di atas. Agar penjualan lebih dapat terkonsentrasi dan disebabkan karakteristik pelanggan dan lingkungan di wilayah geografis berbeda-beda, maka departementalisasi berdasarkan geografis bisa dilakukan. Pendekatan ini tidak saja dilakukan untuk menentukan bagian atau departemen di bawah bagian penjualan, tetapi juga dapat dilakukan dalam berbagai jenis organisasi lainnya. Organisasi yang memiliki berbagai cabang di berbagai daerah biasanya melaku­kan desain organisasi berdasarkan pendekatan ini. Perusahaan perbankan juga termasuk ke dalam organisasi yang melakukan departementalisasi berdasarkan geografis dikarena­kan perusahaan perbankan mengandalkan kantor-kantor cabangnya dalam meraih pangsa pasarnya.[14]
-   Pendekatan Matriks
          Pendekatan ini pada dasarnya merupakan proses departementalisasi yang menggabungkan antara pendekatan fungsional dengan pendekatan lain, misalnya berdasarkan proyek tertentu, produk tertentu, ataupun berdasarkan pendekatan lainnya. Setiap pekerja yang berada di bawah departemen tertentu dalam kenyataannya juga merupakan bagian dari sebuah proyek tertentu atau bagian pekerjaan yang lain dari perusahaan. Jika kita kembali menggunakan contoh PT ABC tersebut di atas, dan melakukan penyesuaian desain organisasinya menjadi bentuk matriks, maka desain organisasi yang dapat dibuat adalah seperti ditunjukkan dalam Gambar dibawah berikut ini.
          Berdasarkan Gambar diketahui bahwa PT ABC memiliki struktur organisasi fungsional di mana di dalamnya terdapat dari mulai bagian Keuangan, Pemasaran, SDM, serta Riset dan Pengembangan. Masing-masing bagian tersebut dikepalai oleh seorang manajer. Selain keempat fungsi tersebut, ada juga fungsi profit dari PT ABC yaitu yang terkait dengan bisnis yang dijalankan PT ABC untuk memperoleh profit yang terdiri dari produk susu, sabun mandi, pasta gigi, dan mi instan. Masing-masing profit project ini memiliki pengaturan keuangan tertentu; SDM tertentu yang dipekerja­kan, Pemasaran tertentu, dan juga Riser serta Pengembangan tertentu. Setiap pekerjaan ini mensyaratkan adanya tenaga kerja yang dipekerjakan. Berdasarkan pendekatan matriks, tenaga kerja selain misalnya ditugaskan di bawah sebuah departemen tertentu seperti Pemasaran, SDM, dan lain sebagainya, juga merupakan bagian dari kegiatan peraihan profit atau profit project.
          Irisan kedua bagian ini digambarkan melalui lingkaran atau bentuk lonjong sebagai­mana ditunjukkan oleh Gambar 8.11. Berdasarkan pendekatan ini tenaga kerja tidak saja bertanggung jawab dan berkoordinasi kepada atasan fungsionalnya saja, tetapi juga kepada pimpinan proyek di mana tenaga tersebut terlibat.[15]
c. BAGAN ORGANISASI FORMAL
          Struktur organisasi adalah terlalu kompleks untuk disajikan se­cara verbal. Manajer perlu menggambarkan bagan organisasi (organi­zation chart) untuk menunjukkan struktur organisasi. Bagan organi­sasi memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, departemen-departemen, atau posisi-posisi organisasi dan menunjukkan bagaimana hubungan di antaranya. Satuan-satuan organisasi yang terpisah biasanya digam­barkan dalam kotak-kotak, di mana dihubungkan satu dengan yang lain dengan garis yang menunjukkan rantai perintah dan jalur komu­nikasi formal.
          Bagan organisasi menggambarkan lima aspek utama suatu sturk­tur organisasi, yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
1.             Pembagian kerja. Setiap kotak menunjukkan individu atau satu­an organisasi mana yang bertanggung jawab untuk kegiatan or­ganisasi tertentu, dan tingkat spesialisasi yang digunakan.
2.             Manajer dan bawahan atau rantai perintah. Rantai perintah me­nunjukkan hubungan wewenang-tanggung jawab yang menghu­bungkan atasan dan bawahan dalam keseluruhan organisasi. Aliran ini dimulai dari jenjang organisasi yang tertinggi sampai karyawan terendah dala.m organisasi, seperti terlihat pada gam­bar 8.1. Oleh karena itu, setiap anggota organisasi mempunyai suatu kaitan dengan manajer- puncak organisasi. Dalam hal ini prinsip kesatuan perintah harus jelas, di mana setiap karya­wan menerima tugas dan pelimpahan wewenang hanya dari se­orang manajer dan melaporkan pertanggung jawaban juga hanya kepada seorang manajer.
3.             Tipe pekerjaan yang dilaksanakan. Label dan deskripsi pada tiap kotak menunjukkan pekerjaan organisasional atau Ndang tang­gung jawab yang berbeda.
4.             Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan. Keseluruhan bagan menunjukkan atas dasar apa kegiatan-kegiatan organisasi dibagi dasar fungsional atau divisional, atau lainnya (departementali­sasi).
5.             Tingkatan manajemen. Suatu bagan tidak hanya menunjukkan manajer dan bawahan tetapi juga keseluruhan hirarki manaje­men. [16]
          Seberapa luas tingkat spesialisasi kerja dalam organisasi dapat di perkirakan dengan membaca label-label yang menunjukkan pekerjaan-pekerjaan yang berbeda dan bagaimana tugas-tugas dikelompok, kan. Garis menunjukkan rantai perintah yang merupakan aspek kun­ci koordinasi dalam setiap organisasi. Bagan juga dapat menunjukkan besarnya (size) dari organisasi, tetapi tanpa informasi tambahan akan menimbulkan gambaran yang tidak jelas.
          Keuntungan dan kelemahan bagan organisasi telah menjadi su­byek perdebatan cukup lama di antara para penulis manajemen. Sa­lah satu keuntungannya adalah bahwa karyawan dan lain-lain diberi gambaran bagaimana organisasi disusun. Manajer, bawahan dan tang_ gung jawab digambarkan dengan jelas. Bila seseorang dibutuhkan un­tuk menangani suatu masalah khusus, bagan menunjukkan tempat di mana orang itu dapat ditemukan. Proses pembuatan bagan juga me­mungkinkan manajer mengetahui dengan tepat kelemahan-kelemahan organisasi, seperti sumber-sumber potensial terjadinya konflik atau bidang-bidang di mana duplikasi yang tidak diperlukan terjadi.
          Kelemahan atau kekurangan utama bagan adalah masih banyak hal-hal yang tidak jelas atau tidak ditunjukkan. Bagan, sebagai con­toh, tidak menunjukkan seberapa besar tingkat wewenang dan tang­gung jawab setiap tingkatan manajerial. Bagan juga tidak menunjuk­kan hubungan-hubungan informal dan saluran komunikasi, di mana organisasi tidak dapat berfungsi secara efisien tanpa hal-hal itu.[17]

d. STRUKTUR ORGANISASI
Menurut James A.F. Stoner dan R. Edward Freeman, departemen suatu organisasi secara formal dapat distruktur berdasrkan tiga macam cara, yakni distrukturkan dalam :
• Fungsi
• Produk/Pasar
• Bentuk Matriks
Organisasi-organisasi yang distruktur berdasrkan fungsi menyatukan dalam suatu departemen, semua pihak yang terlibat pada aktivitas tertentu atau berbagai macam aktivitas yang berkaitan satu sama lain. Sebagai contoh, dapat dikatakan bahwa sebuah organisasi yang dibagi berdasarkan fungsi memiliki departemen produksi, departemen pemasaran, dan departemen penjualan secara terpisah. Seorang menejer penjualan pada organisasi demikian diberi tanggung jawab terhadap penjualan semua produk yang diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan.[18]
          Struktur organisasi (desain organisasi) dapat didefinisikan seba­gai mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan keduduk­an, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standardisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran (ukuran) satuan kerja. Adapun faktor-faktor utama yang menentukan perancangan struktur organisasi adalah sebagai berikut
1.    Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya. Chandler 2) te­lah menjelaskan hubungan strategi dan struktur organisasi da­lam studinya pada perusahaan-perusahaan industri di Amerika.
2.    Dia pada dasarnya menyimpulkan bahwa "struktur mengikuti strategi". Strategi akan menjelaskan bagaimana aliran wewe­nang dan saluran komunikasi dapat disusun di antara para mana­jer dan bawahan. Aliran kerja sangat dipengaruhi strategi, se­hingga bila strategi berubah maka struktur organisasi juga ber­ubah.[19]
3.    Teknologi yang digunakan. Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi barang barang atau jasa akan membedakan bentuk struktur organisasi. Sebagai contoh, perusahaan mobil yang mempergunakan teknologi industri masal akan memerlukan tingkat standardisasi dan spesialisasi yang lebih tinggi diban­ding perusahaan industri pakaian jadi yang mengutamakan per­ubahan mode.
4.    Anggota (karyawan) dan orang-orang yang terlibat dalam orga­nisasi. Kemampuan dan cara berpikir para anggota, serta kebu­tuhan mereka untuk bekerjasama harus diperhatikan dalam me­rancang struktur organisasi. Kebutuhan manajer dalam pem­buatan keputusan juga akan mempengaruhi saluran komunika­si, wewenang dan hubungan di antara satuan-satuan kerja pada rancangan struktur organisasi. Di samping itu, orang-orang di luar organisasi, seperti pelanggan, supplier, dan sebagainya perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur.
5.    Ukuran organisasi. Besarnya organisasi secara keseluruhan mau­pun satuan-satuan kerjanya akan sangat mempengaruhi struktur organisasi. Semakin besar ukuran organisasi, struktur organisasi akan semakin kompleks, dan harus dipilih bentuk struktur yang tepat.
Sedangkan unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari :
1.    Spesialisasi kegiatan berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas individual dan kelompok kerja dalam organisasi (pembagian kerja) dan penyatuan tugas-tugas tersebut menjadi satuan-satu­an kerja (departementalisasi).
2.    Standardisasi kegiatan, merupakan prosedur-prosedui yang digu­nakan organisasi untuk menjamin" terlaksananya kegiatan seper­ti yang direncanakan.
3.    Koordinasi kegiatan, menunjukkan prosedur-prosedur yang mengintegrasikan fungsi-fungsi satuan-satuan kerja dalam orga­nisasi.
4.    Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan, yang me­
nunjukkan lokasi (letak) kekuasaan pembuatan keputusan.
5.    Ukuran satuan kerja menunjukkan jumlah karyawan dalam sua­tu kelompok kerja.[20]




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
          "Organisasi" mempunyai dua pengertian umum. Pengertian pertama menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional, se­perti organisasi perusahaan, rumah sakit, perwakilan pemerintah atau suatu perkumpulan olahraga. Pengertian kedua berkenaan dengan proses pengorganisasian, sebagai suatu cara dalam mana kegiatan or­ganisasi di alokasikan dan ditugaskan di antara para anggotanya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien.
          Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses, akan mem­buat suatu organisasi dapat mencapai tujuannya. Proses ini akan ter­cermin pada struktur organisasi, yang mencakup aspek-aspek penting organisasi dan proses pengorganisasian, yaitu :
a.       pembagian kerja,
b.      departementalisasi (atau sering disebut dengan istilah departemen­tasi),
c.       bagan organisasi formal,
d.      rantai perintah dan kesatuan perintah,
e.       tingkat-tingkat hirarki manajemen,
f.    saluran komu­nikasi,
g.      penggunaan komite,
h.      rentang manajemen dan kelom­pok-kelompok informal yang tak dapat dihindarkan.









DAFTAR PUSTAKA
Badrudin, 2014, Dasar-Dasar Manajemen, Bandung: Penerbit Alfabeta.
Setiyo P. Bambang, 2013 , Buku Ajar Pengantar Manajemen, FE-Univ.Trunojoyo.
Anton Athoillah, 2010,  Dasar-Dasar Manajemen, Bandung: Pustaka Setia.
Winardi, 2014, Teori organisasi dan Pengorganisasian, Jakarta: Rajawali Pers.



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................... ...... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................... ...... 2
1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................................... ...... 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. ...... 3
A. Proses Pengorganisasian............................................................................................ ...... 3
B. Aspek-Aspek Pengorganisasian................................................................................. ...... 10
a.  PEMBAGIAN KERJA (STAFFING)................................................................................................... 10
b. DEPARTEMENTALISASI............................................................................. ...... 11
c .  BAGAN ORGANISASI FORMAL................................................................ ...... 16
d. STRUKTUR ORGANISASI.................................................................................. 18
BAB III PENUTUP...................................................................................................... ...... 20
Kesimpulan..................................................................................................................... ...... 20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. ...... 21
ii
 
 



[1] Anton Athoillah, Dasar-Dasar Manajemen  (Bandung: Pustaka Setia, 2010) 169-172.
[2] Badrudin, Dasar-Dasar Manajemen (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2014) 111-115.
[3] Badrudin, Dasar-Dasar Manajemen (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2014) 115-116.
[4] Bambang Setiyo Pambudi, Buku Ajar Pengantar Manajemen (FE-Univ.Trunojoyo), 43.
[5] Anton athoillah, Dasar-Dasar Manajemen  (Bandung: Pustaka Setia, 2010) 177.
[6] Anton athoillah, Dasar-Dasar Manajemen  (Bandung: Pustaka Setia, 2010) 178.
[7] Anton athoillah, Dasar-Dasar Manajemen  (Bandung: Pustaka Setia, 2010) 179.
[8] Anton athoillah, Dasar-Dasar Manajemen  (Bandung: Pustaka Setia, 2010) 180.
[9] Bambang Setiyo Pambudi, Buku Ajar Pengantar Manajemen (FE-Univ.Trunojoyo), 40-41.
[10] Bambang Setiyo Pambudi, Buku Ajar Pengantar Manajemen (FE-Univ.Trunojoyo, 2013), 43.
[11] Bambang Setiyo Pambudi, Buku Ajar Pengantar Manajemen (FE-Univ.Trunojoyo, 2013), 44.
[12] Bambang Setiyo Pambudi, Buku Ajar Pengantar Manajemen (FE-Univ.Trunojoyo, 2013), 46.
[13] Bambang Setiyo Pambudi, Buku Ajar Pengantar Manajemen (FE-Univ.Trunojoyo, 2013), 46.
[14] Bambang Setiyo Pambudi, Buku Ajar Pengantar Manajemen (FE-Univ.Trunojoyo, 2013), 46
[15] Bambang Setiyo Pambudi, Buku Ajar Pengantar Manajemen (FE-Univ.Trunojoyo,  2013), 47.
[16] Bambang Setiyo Pambudi, Buku Ajar Pengantar Manajemen (FE-Univ.Trunojoyo,  2013), 41-42.
[17] Bambang Setiyo Pambudi, Buku Ajar Pengantar Manajemen (FE-Univ.Trunojoyo, 2013), 42.
[18] Winardi, Teori organiasi dan Pengorganisasian (Jakarta: Rajawali Pers, 2014) 100.
[19] Bambang Setiyo Pambudi, Buku Ajar Pengantar Manajemen (FE-Univ.Trunojoyo, 2013), 48.
[20] Bambang Setiyo Pambudi, Buku Ajar Pengantar Manajemen (FE-Univ.Trunojoyo, 2013), 48-49.

Komentar